Foto orang tidak pake helm


Setiap manusia harus mematuhi tata tertib yang telah di tetapkan. Tata tertib di buat untuk di patuhi bukan untuk di langgar. Setiap peraturan dalam kehidupan bernegara telah tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Di lingkungan keluarga pun kita memiliki peraturan, batasan-batasan dalam bertindak dan berperilaku yang mengarah ke arah positif. Begitu dalam lalu lintas, pasti memiliki peraturan rambu-rambu lalu lintas.
Pengendara sepeda motor ini mungkin sudah mengetahui akibat dari tidak memakai helm serta sangsi-sangsi yang akan diberikan oleh pihak keamanan. Tapi kenapa pengendara sepeda motor ini masih saja tidak menggunakan helm?
Padahal menurut saya memakai helm itu seharusnya bukan karena untuk mengikuti peraturan yang belaku saja, tapi itu merupakan salah satu tindakan pencegahan untuk menghindari kecelakaan yang fatal pada kepala. jadi jangan memakai helm karena anda takut ditilang. pakailah helm karena anda ingin melindungi bagian kepala anda saat berkendara.  Tidak peduli sejauh atau dekat anda berkendara pakailah helm untuk keselamatan anda. Pakai juga helm yang memenuhi standar-standar khusus misalnya standar SNI atau juga DOT.   

ISD Pandangan Psikologi


KATA PENGANTAR



Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ruang lingkup dan perkembangan psikologi manusia khususnya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.


Cibinong  23 November 2011

Penulis


PEMBAHASAN

A.    Ruang Lingkup Psikologi
  1. Cakupan ruang lingkup psikologi itu sangat luas, sebab individu manusia berada dalam berbagai posisi, kondisi dan tahap perkembangan yang setiap posisi.
Kondisi dan tahap perkembangan itu dapat memperlihatkan karakteristik kegiatan atau prilaku tertentu yang berbeda.
Beberapa kategori bidang psikologi yaitu :
-          Psikologi umum
Yang biasa disebut pengantar psikologi tentang prilaku individu yang lebih lanjut, lebih khusus dan lebih mendalam.
Dalam psikologi umum akan dipelajari konsep umum kegiatan atau prilaku individu apa, mengapa dan bagaimana individu melakukan kegiatan

-          Psikologi sosial
Suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Dalam psikologi modern psikologi sosial mendapat posisi yang penting karena psikologi sosial ini telah banyak memberikan pencerahan bagaimana fikiran manusia berfungsi dan berkaya jiwa dari masyarakat kita. Menurut psikologi sosial ini untuk dapat memahami prilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranah situasi, permasalahan dan budaya pada manusia itu sendiri.

-          Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan pendidikan atau boleh dikatakan sebagai proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan.
Pendidikan itu sebagai salah satu proses perubahan tingkah laku yang tidak bisa dilepaskana dari psikologikarena pendidikan itu sangat berhubungan dengan manusia sebagai contoh kita ambil dari urutan dalam satuan keluarga, unit pekerjaan, organisasi, kelompok profesi, kelompok-kelompok kemasyarakatan dan lain-lain. Diantara kategori-kategori tersebut di atas yang lebih dominan dan yang paling penting atau psikologi pendidikan karena setiap manusia itu perlu dididik agar bisa mewujudkan manusia yang bertingkahlaku baik. Pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang lebih menekankan kepada mendidik dan mengarahkan manusia menuju perubahan yang lebih baik secara jasmani, maupun rohani sehingga antara psikologi dan pendidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua-duanya saling mendukung dan saling melengkapi.
Untuk mewujudkan manusia yang bertingkah laku baik manusia itu harus dididik dalam suatu proses pendidikan dan pendidikan itu sendiri tidak akan berjalan secara optimal, efktif dan efisien apabila mengesampingkan faktor psikologi manusia.
Apabila ditinjau dari sudut pertumbuhan dan perkembangan jenis kelamin, manusia yang menunjukan bahwa proses pendidikan yang dilakukan tidak akan sama. Oleh karena itu penting bagi pendidik maupun calon pendidik untuk mengetahui ilmu pengetahuan psikologi agar dalam proses pendidikannya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada peserta dididiknya.

  1. Arti psikologi dan psikologi pendidikan
a.       Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Psyche” yang berarti jiwa atau napas hidup dan “logos” yang berarti “ilmu”.
Jadi dapat disimpulkan psikologi atau ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan atau prilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Misal : Interaksi orang tua dan anak di lingkungan keluarga, guru dan murid di sekolah, dokter dan pasien di rumah sakit dan lain-lain.
Kenyataan itu sudah tentu akan melahirkan problematika baru dalam psikologi dan menghendaki pengkajian secara khusus sehingga dari sini akan muncul beragam istilah psikologi yaitu :
Psikologi pendidikan, psikologi umum, sosial, psikologi keluarga, psikologi perusahaan dan lain-lain.
Namun dalam hal ini kita lebih terfokus pada psikologi pendidikan
-          Pendapat para ahli tentang psikologi pendidikan
§  Crow and crow
Menyatakan bahwa psikologi pendidikan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dialami individu dari sejak lahir sampai lanjut usia, terutama menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar.
§  With Erington
Berpendapat bahwa psikologi pendidikan atau studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia.
Adapun dari pendapat-pendapat para ilmuan/para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan studi yang secara sistematis. Berkaitan dari proses pendidikan yang dialami oleh individu manusia khususnya belajar mulai sejak lahir sampai berusia lanjut.

B.     Perkembangan Psikologi
  1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan psikologi
Istilah perkembangan dan pertumbuhan psikologi sering digunakan secara bergantian atau secara bersama dalam arti yang sama, namun sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda walaupun keduanya memiliki asfek yang sama yaitu terjadinya perubahan dan pertambahan.
Untuk lebih jelas akan dilihat dari pendapat beberapa ahli :
-          Dr. Kartini Kartono
Yang mengemukakan bahwa pertumbuhan atau perubahan secara psikologi sebagai hasil dari proses fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam fase peredaran waktu tertentu.
-          Drs. Abu Ahmadi
Mengemukakan bahwa : Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materi dan sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan dan pertumbuhan itu tidak hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif karena tidak selamanya material itu bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Material dari bahan-bahan kuantitatif misalnya : atom, sel, kromosom, rambut dan lain-lain sedangkan
Material yang berasal dari bahan-bahan kualitatif mislanya : kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai dan lain-lain.

-          Drs. Muhiddin Syah
Yang mengemukakan bahwa pertumbuhan berarti perubahan-perubahan kwalitatif yang mengacu pada jumlah, besar dan luas yang bersifat konkret.
Kemudian dari uraian pendapat-pendapat para ahli ilmuan dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan itu atau sebagai perubahan kuantitatif, maupun kualitatif.
Pada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan sepanjang tidak berhubungan dengan fungsinya.
Material seperti sel, kromosom, rambut, butiran darah dan tulang itu tidak dapat dikatakan berkembang melainkan bertumbuh dan begitu juga material pribadi seperti kesan keinginan, ide pengetahuan, nilai, selama tidak berhubungan dengan fungsinya.

-          Menurut Drs. Tadjad yang mengemukakan bahwa perkembangan atau suatu perubahan dan pertambahan yang bersifat kualitatif dari setiap fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian.
Sejalan dengan itu juga Drs. Muhiddin Syam mengemukakan bahwa perkembangan atau suatu proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu dan fungsi organ-organ jasmaniah itu sendiri.
Jadi perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu atau perubahan dan pertambahan kualitatif daripada setiap fungsi yang disebabkan adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar dari beberapa kesimpulan di atas dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan mengandung arti yang berbeda dari pribadi yang berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan

Ø  Faktor yang mempengaruhi perkembangna anak
-          Menurut Kartini Kartono antara lain faktor :
v  Herediter atau yang sering disebut faktor warisan atau bawaan.
v  Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan
Setiap gejala perkembangan anak merupakan hasil kerjasama pengaruh timbal balik antara potensi hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu bakat dan potensi anak perlu diperhitungkan karena perkembangan anak pada batas tertentu sangat ditentukan oleh bibit dari setiap potensi psiko-psiko anak.
Kualitas dan perkembangan alami seorang anak mempengaruhi cara bereaksi atau respon anak terhadap segala pengaruh dari lingkungan. Kualitas-kualitas bawaan akan tampak pada penambahan ciri-ciri fisik yang karekteristik misalnya : kecerdasan (intelegensi), ketekunan, minat dan lain-lain.

-          Abu  Ahmadi juga mengemukakan teorinya yang berkenaan dengan perkmabgan anak seperti teori empirisme, teori nativisme, teori konvergensi, teori rekapitulasi, teori dinamika, teori kemungkinan berkembang dan teori interaksianisme.s

-          Menurut Tadjad pada garis besarnya ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu :
Ø  Faktor intern atau faktor yang berasal dari luar diri anak yang dari keturunan dan pembawaan
Ø  Faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri anak yang berasal dari pengalaman. Dan interaksi dengan lingkungan . contoh : pendidikan dan pengajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling dominan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan anak atau faktor keturunan dan faktor lingkungan.

-          Teori emperisme
Yang berpendapat bahwa pada dasarnya anak lahir di dunia perkembangannya ditentukan oleh adanya faktor luar atau lingkungan termasuk pengajaran dan pendidikan.





















v  Penjelasan teori emperisme coptimisme : Karena sangat yakin akan pendidikan demi keberhasilan anak-anak lahir dalam keadaan kosong putih bersih seperti meja lilin (tabularasa) maka pengalaman yang akan menentukan corak dan bentuk perkembangan jiwa anak.
v  Penjelasan : Pendidikan bagi anak adalah sia-sia tidak perlu terlalu dihiraukan.
v  Penjelasan : Dapat dipahami bahwa kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila dibina oleh suatu pendidikan (pengalaman) yang baik serta ditopang dengan bakat dan pembawaan sejak lahir (sepasang suami-istri William Stern dan Clara Stren).
v  Penjelasan : Dapat disimpulan bahwa seorang manusia akan mengalami tingkatan masing-masing sebagai berikut :
-          Masa berburu (merampok) sampai umur kurang lebih 8 tahun (kegiatan menangkap binatang)
-          Masa pengembala umur 8-10 tahun (seorang anak suka memelihara binatang)
-          Masa bertani umur 10-12 tahun (anak suka berkebun dan menanam tanaman)
-          Masa berdagang umur 12-14 tahun (anak gemar bermain pasar-pasaran)
-          Masa industri umur 14 tahun ke atas (anak mulai mencoba berkarya sendiri membuat mainan dan lain-lain).
v  Penjelasan : Yakni ketegangan yang ada dalam diri seseorang ikut menentukan dinamika ditengah-tengah lingkungannya.
v  Penjelasan : Maksudnya bahwa perkembangan konegtif seorang anak bukan merupakan perkembangan yang wajar melainkan ditentukan oleh interaksi budaya.

ISD Pandangan Sosiologi




DAFTAR ISI

Halaman
KAKAT PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... .... ii
BAB I        PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang ................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.    Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II       KERANGKA TEORI
A.   Definisi Antropologi ........................................................................ 3
B.    Definisi Sosiologi ............................................................................. 5
BAB III     PEMBAHASAN
A.   Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain ...................................... 7
B.    Hubungan Antropologi dan Sosiologi .............................................. 10
BAB III     KESIMPULAN ............................................................................... .... 11
DAFTAR PUSTAKA


ii
 
 





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat manusia. Kehidupan masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan-perubahan sosial dan budaya yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas-aktivitas kehidupannya. Perubahan sosial budaya yang dialami manusia dapat dijelaskan sebagai proses penyesuaian hidup manusia dengan konstelasi yang ada, seperti yang ditegaskan oleh Gillin dan Gillin (Soekanto, 1994), perubahan sosial dapat dipandang sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebutuhan materil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penumuan baru dalam masyarakat tersebut.
Perubahan yang dialami manusia bukanlah suatu penyimpangan, karena pandangan tersebut adalah suatu mitos yang perlu dihilangkan dari pandangan mengenai perubahan (Lauer, 1993).
Setiap perubahan sosial selalu mencakup pula perubahan budaya, dan perubahan budaya akanmencakup juga perubahan sosial. Sosiatri merupakan ilmu sosial terapan (applied science), yang dalam pengembangannya mengandalkan realita yang terjadi di dalam masyarakat, berkaitan dengan masalah sosial yang perlu diselesaikan (pandangan awal perkembangan) dan penyesuaian kebutuhan dengan sumber daya yang ada (pandangan hasil perkembangan). Realita dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan memiliki dimensi perubahan sosial. Sementara itu, secara keilmuan, pengembangan kajian, penelitian, dan teori-teori baru juga dituntut dari sosiatri, baik melalui hasil kerja lapangan (penelitian dan proyek sosiatri), maupun melalui berbagai kegiatan seminar dan diskusi.
Aktivitas ilmiah mempermudah perubahan budaya. Inovasi baru di bidang keilmuan memperoleh ruang dan kesempatan formal. Kajian perubahan dalam sosiatri dapat dipadukan dengan konsep paradigma dari Khun (Ritzer, 1991).

B.    Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana hubungan antropologi dan sosiologi dalam perkembangan kehidupan manusia.

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antropologi dan sosiologi dalam perkembangan kehidupan manusia.


BAB II

KERANGKA TEORI

 

A.    Definisi Antropologi

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut: Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an), sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an), Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga (awal abad ke-20), pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial. Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

B.    Definisi Sosiologi

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim ilmuwan sosial Perancis yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.

BAB  III

PEMBAHASAN

 

Antropologi bukanlah satu satunya ilmu yang  mempelajari manusia. Ilmu-ilmu lain seperti ilmu Politik yang mempelajari kehidupan politik manusia, ilmu Ekonomi yang mempelajari ekonomi manusia atau ilmu Fisiologi yang mempelajari tubuh manusia dan masih banyak lagi ilmuilmu lain, juga mempelajari manusia. Tetapi ilmu-ilmu ini tidak mempelajari atau melihat manusia secara menyeluruh atau dalam ilmu Antropologi disebut dengan Holistik, seperti yang dilakukan oleh Antropologi. Antropologi berusaha untuk melihat segala aspek dari diri mahluk manusia pada semua waktu dan di semua tempat, seperti: Apa yang secara umum dimiliki oleh semua manusia? Dalam hal apa saja mereka itu berbeda? Mengapa mereka bertingkah-laku seperti itu? Ini semua adalah beberapa contoh pertanyaan mendasar dalam studi-studi Antropologi.

 

A.    Hubungan Antropologi Dengan Ilmu Lain

Seperti ilmu-ilmu lain, Antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan. Secara umum ada 3 bidang spesialisasi dari Antropologi, yaitu Antropologi Fisik atau sering disebut juga dengan istilah Antropologi Ragawi. Arkeologi dan Antropologi Sosial-Budaya.

1.     Antropologi Fisik

Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk didalamnya mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia. Mereka melihat perkembangan mahluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada sekarang ini. Beberapa ahli Antropologi Fisik menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan fosil yang membantu memberikan keterangan mengenai perkembangan manusia. Ahli Antropologi Fisik yang lain menjadi terkenal karena keahlian forensiknya; mereka membantu dengan menyampaikan pendapat mereka pada sidang-sidang pengadilan dan membantu pihak berwenang dalam penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

2.     Arkeologi

Ahli Arkeologi bekerja mencari benda-benda peninggalan manusia dari masa lampau. Mereka akhirnya banyak melakukan penggalian untuk menemukan sisa-sisa peralatan hidup atau senjata.  Benda –benda ini adalah barang tambang mereka. Tujuannya adalah menggunakan bukti-bukti yang mereka dapatkan untuk merekonstruksi atau membentuk kembali model-model kehidupan pada masa lampau. Dengan melihat pada bentuk kehidupan yang direnkonstruksi tersebut dapat dibuat dugaan-dugaan bagaimana masyarakat yang sisa-sisanya diteliti itu hidup atau bagaimana mereka datang ketempat itu atau bahkan dengan siapa saja mereka itu dulu berinteraksi.

3.     Antropologi Sosial-Budaya

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan.
Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial Budaya. Dalam perkembangannya Antropologi Sosial-Budaya ini memecah lagi kedalam bentuk-bentuk spesialisasi atau pengkhususan disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari atau diteliti. Antroplogi Hukum yang mempelajari bentuk-bentuk hukum pada kelompok-kelompok masyarakat atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari gejala-gejala serta bentuk-bentuk perekonomian pada kelompok-kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian banyak bentuk spesialasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.
Perkembangan antropologi dan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, sebagian tergantung pada data yang diperoleh dari dan mengenai informan atau responden, dan sebagian lainnya dari metode ilmiah dan imajinasi ilmiah yang telah dikembangkannya. Data yang diperoleh digunakan untuk pengembangan teori-teori dan pendekatan-pendekatan serta metodologi; dan juga untuk dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan praktis bagi kebijaksanaan untuk merubah cara-cara hidup tertentu dari para informan atau responden agar sesuai dengan dan mendukung program-program pembangunan yang telah digariskan oleh pemerintah atau untuk kepentingan praktis lainnya yang dikelola oleh badan-badan atau yayasan-yayasan swasta domestik maupun luar negeri.

B.    Hubungan Antropologi dan Sosiologi

Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat. Hal-hal tersebut dapat dikaji dengan pendekatan antropologi dan sosiologi.
Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.


BAB III
KESIMPULAN

Sosiologi dan antropologi adalah objek ilmu manusia. Antropologi mempelajari budaya pada suatu kelompok masyarakat tertentu; ciri fisiknya, adat istiadat dan kebudayaannya sedangkan sosiologi lebih menitik beratkan pada manusia dan hubungan sosialnya. Antropologi lebih cenderung ideografik, srtinya cenderung deskriptif, grounded, induktif. Teori dalam antropologi lebih cenderung tebatas pada satu komunitas. Fokus studi antropologi lebih banyak pada nilai-nilai dan perilaku khas sebuah komunitas.
Oleh karenanya, banyak yang mengkritik antropologi bukan kategori sains. Para founding father ilmu sosial semisal Comte, Durkheim, terobsesi agar ilmu sosial bisa diakui sebagai sains. Karenanya mereka menyusun semacam "general principles" di mana pada dasarnya ada teori universal tentang gejala sosial sebagaimana ada teori unversal tentang alam. Muncullah istilah sosiologi untuk menunjukkan bahwa ilmu sosial adalah sebagai sebuah sains.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas hubungan antropologi dan sosiologi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Cibinong  23 November 2011

i
 
Penulis


i
 

 
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. (1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Lauer, Robert H. (1993). Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman. (2003). Teori-teori Sosiologi Modern. Jakarta: Predana Media.

Soekanto, Soerjono. (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soemardjan, Selo, dan Soelaiman Soemardi. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soetomo. (1987). Ilmu Sosiatri: Lahir dan berkembang dalam Keluarga Besar Ilmu Sosial. Dalam Sosiatri, Ilmu, dan Metode. Ed. Agnes Sunartiningsih. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM.

Sugiyanto. (2002). Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Wirjosumarto. Sartono. (1978). Pengantar Ilmu Sosiatri. Yogyakarta: Fisipol UGM.